Senin, 08 Maret 2010

Serangan 11 September 2001

 

Black September

Peristiwa 11 September 2001 yang menghancurkan menara kembar WTC dan Gedung Pentagon adalah peristiwa yang sangat dahsyat dan luar biasa, karena peristiwa tersebut terjadi setelah melalui tahapan-tahapan yang semuannya mempunyai kerumitan yang tinggi.
Bisa kita bayangkan bagaimana sebuah Negara super power seperti Amerika Serikat yang telah memproklamirkan diri sebagai Polisi Dunia itu dibuat sama sekali tak berdaya dimana dalam waktu bersamaan minimal ada lima pesawat yang dibajak kemudian pesawat-pesawat tersebut diarahkan ke suatu titik yang merupakan simbul dari kedigdayaan Amerika Serikat kemudian menghancur leburkan simbul-simbul tersebut tanpa ada reaksi sedikitpun dari pihak keamanan Negara.

Oleh karena itu George Shultz mantan menteri luar Negeri Amerika sangat terkejut ketika mendengar adanya pembajakan 5 pesawat sekaligus, dia berkata : “ sejak sepuluh tahun yang lalu, tidak pernah terjadi pembajakan sebuah pesawat pun di Amerika, maka mana mungkin terjadi pembajakan 5 pesawat Amerika pada saat yang bersamaan “.
Menurut para pakar, serangan tersebut merupakan operasi militer kelas tinggi dengan pengorganisasian yang rapi dan sempurna serta kedisiplinan yang tinggi, memiliki pengetahuan yang luar biasa dan kemampuan yang sempurna disertai keberanian yang tiada batas.

Operasi militer kelas tinggi.

Didalam peristiwa serangan 11 September 2001 tersebut jelas terlilat bahwa gerakan-gerakan si pelaku dan temperamennya mengisyaratkan bahwa perencanaan aksi ini benar-benar bernuansa militer, hal ini sudah bisa dirasakan mulai dari kesabaran bergerak sejak dari level pemikiran, perencanaan, kontrol, hingga pelaksanaan, dengan planing sempurna disertai tekad terlalu besar untuk dinggap sekedar ledakan emosi untuk menghadapi operasi kamikaze yang meyakinkan.
Operasi ini juga merupakan operasi militer kelas tinggi karena tahapan-tahapan yang dilalui para pembajak mulai dari pemetaan, perencanaan, latihan sampai dengan pelaksanaan, semua mempunyai kerumitan serta resiko yang sangat tinggi. Kerumitan yang dihadapi dalam aksi ini bukan saja mereka harus mahir mengendalikan pesawat, namun bersamaan dengan itu pembajak juga harus dapat menembus sekaligus melumpuhkan seluruh system keamanan dan computer darurat yang begitu rumit dan ketat, yang memang telah lama dipersiapkan untuk menghadapi serangan nuklir Uni Sovyet, dimana sandi-sandinya hanya diketahui oleh elit militer tertentu yang sangat loyal terhadap Negara.

Pengorganisasian yang rapi dan sempurna serta disiplin yang tinggi

Aksi semacam ini tentunya tidak mungkin hanya dilakukan oleh pelaksana lapangan ( para pembajak ) namun sedikitnya melibatkan 50 orang yang masing-masing mempunyai keahlian yang sempurna sesuai dengan bidang dan tugasnya dengan pengorganisasian yang sangat rapi dan sempurna serta disiplin yang tinggi
Salah satu kunci tidak terciumnya aksi tersebut sejak perencanaan hingga pelaksanaan operasi oleh alat keamanan maupun intelejen Amerika Serikat, baik CIA maupun alat keamanan lainnya tentu sangat terkait dengan kerapian organisasi dan disiplin tinggi yang dimiliki seluruh anggota organisasi ini.

Disamping itu tidak terciumnya gerakan ini oleh alat keamanan Amerika Serikat sudah bisa dipastikan bahwa organisasi ini adalah sama sekali baru dipermukaan, yang tidak pernah diawasi sebelumnya, tidak mempunyai masa lalu yang menjadikannya berada dalam lingkaran pengawasannya. Selain itu, ide yang digunakan juga baru yang sama sekali tidak pernah terlintas dan tidak pernah ada sebelumnya, hal itulah yang memungkinkan mereka bisa memperoleh informasi yang valid mengenai tempat-tempat yang telah disurvei dan dikajinya selama perencanaan, kemudian informasi ini dicek selama persiapan dan kemudian dilaksanakan ditempat-tempat yang telah disurvei dan disiapkan tersebut.

Mempunyai pengetahuan luar biasa dan penguasaan ilmu yang sempurna

Para pelaku aksi ini mempunyai tingkat pengetahuan luar biasa dan penguasaan ilmu yang sempurna, baik yang bertugas melumpuhkan system keamanan maupun eksekutor lapangan.
Anggota yang bertugas melumpuhkan sitem keamanan udara maupun computer darurat Pentagon tentu merupakan orang-orang yang mempunyai pengetahuan luar biasa dan pengusa an ilmu yang sempurna karena harus bisa menembus sekaligus melumpuhkan sitem keamanan udara maupun komputer darurat di Pentagon yang begitu rumit dengan pengamanan yang super ketat tanpa bisa terditeksi oleh aparat, dan kesempurnaan penyelesaian tugas inilah yang nantinya akan memuluskan para eksekutor lapangan ( pembajak ).

Begitu pula para eksekutor lapangan ( pembajak ) meskipun harus melalui pemeriksaan dan pengawasan yang ketat ( lebih-lebih bila benar pelaku berwajah Arab sebagaimana dituduhkan Amerika, tentu ada perlakuan khusus dengan pengawasan dan pemeriksaaan yang ekstra ketat ) namun mereka tetap harus dapat melaksanakan seluruh tugasnya dengan sempurna, mulai dari meloloskan diri dari pemeriksaan di Bandara, baik yang dilakukan oleh pihak keamanan maupun alat diteksi yang serba canggih yang diapasang disetiap pintu masuk maupun yang dipasang ditempat tersembunyi guna mengawasi setiap sisi.

Para pembajak tersebut dapat dipastikan bahwa mereka bukan pilot amatiran yang belajar mengemudikan pesawat kecil atau melalui simulasi, namun mereka merupakan pilot yang handal yang sangat berpengalaman, mereka mempunyai pengetahuan yang luar biasa dalam penguasaan pesawat terbang. Dengan penuh keyakinan tidak akan terditeksi oleh pengawas keamanan penerbangan, mereka keluar jauh dari jalur penerbangan yang telah ditetapkan dengan aturan dan pengawasan yang sangat ketat, kemudian membawa pesawat yang penuh dengan bahan bakar tersebut dan mengubahnya menjadi bom yang akan diarahkannya ke target yang ditetapkannya dengan akurasi yang sempurna. Target telah ditetapkan dengan makna simboliknya, yaitu di New York sebagai pusat perekonomian dan Washington sebagai pusat pemerintahan sekaligus pertahanan dan keamanan Amerika Serikat. Kemudian titik benturan yang dituju menggunakan hitungan matematika yang akurat, dimana ia hendak membenturkan pesawat dalam jarak ketinggian antara gedung tingkat 60 hingga 70, agar reruntuhan yang jatuh kebawah cukup untuk menghacurkan seluruh gedung WTC yang tertimpa, menerobos dan masuk kedalamnya tanpa berserakan jauh.

Ada pernyataan menarik dari Presiden Mesir Husni Mabarak :
Husni Mubarak adalah Presiden Mesir yang sikapnya sangat berseberangan dengan pemikiran Islam bahkan boleh dikatakan sangat memusuhi Islam. Dalam catatan sejarah Mesir, pada masa pemerintahan Mubarak jumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dalam kasus politik telah melebihi jumlah yang pernah dihukum mati sejak zaman Fir’aun hingga masa pemerintahan Mubarak, sehingga kesaksiannya tidak patut dicurigai atau diragukan kenetralan nya. Disamping itu Mubarak mempunyai pengalaman yang luas dibidang penerbangan pesawat karena sebelumnya ia adalah seorang pilot pesawat tempur.
Mubarak memberikan pernyataan bahwa : aksi 11 September 2001 tidak bisa dilakukan oleh orang yang iseng, tidak bisa dilakukan dengan cara yang telah diumumkan oleh Amerika Serikat. Mubarak menegaskan bahwa mustahil menerima analisis Amerika, khususnya yang berkaitan dengan serangan terhadap Pentagon, yang tinggi gedungnya mencapai lima tingkat dan dikelilingi gedung pencakar langit. Mubarak mengatakan bahwa manuver dengan pesawat militer yang dikendalikan oleh pilot militer professional, disela-sela gedung-gedung pencakar langit untuk menabrak gedung Pentagon adalah maneuver yang hampir mustahil bisa dilakukan, dan jelas lebih mustahil lagi apabila maneuver tersebut menggunakan pesawat sipil yang berbadan besar dan dipiloti oleh seorang pilot amatir.
Pelaku mempunyai keberanian tanpa batas.

Pada waktu pelaksanaan operasi tidak ada lagi istilah penyusupan atau sembunyi-sembunyi, yang ada hanyalah langkah-langkah dan aksi-aksi biasa yang didengar dan dilihat ratusan pegawai, dimana sebagian besar dari mereka adalah perwira intelejen dan keamanan, pegawai imigrasi dan bea cukai di bandara yang dilengkapi dengan kamera-kamera pengawas yang diam maupun bergerak, yang dipasang disetiap sudut guna mengawasi setiap sisi. Pelaku ini tentunya masuk ke bandara membawa koper dan senjatanya, naik ke pesawat setelah melakukan proses pemeriksaan perjalanan dan keamanan, sedangkan ia percaya penuh akan kesempurnaan persiapannya dengan segala kemampuannya untuk melakukan aksinya.

Oleh karena itu jika benar sebagaimana yang dituduhkan Amerika bahwa para pelaku adalah anggota Al-Qai’dah yang indentik dengan Bangsa Arab, tentunya mereka mempunyai keberanian yang tanpa batas, yang dimaksud tanpa batas disini bukan hanya berani mati namun sebagaimana yang kita ketahui selain pengamanan dibandara sangat ketat, khusus untuk para penumpang pesawat yang berwajah Arab akan mendapatkan perlakukan yang sangat khusus atau ekstra ketat. Bagaimana mungkin seorang yang masih menyisakan ketakutan walau hanya sedikit, berani menembus lubang jarum atau dengan kata lain keberhasilan 0,0.. %, namun kenyataannya mereka bisa l;olos dengan mulus.

Selanjutnya bagaimanakah sebenarnya pengamanan Negara Amerika Serikat sehingga aksi serangan bisa terjadi, apakah motif serangan tersebut, target apa yang ingin dicapai pelaku, dan siapakah sebenarnya pelaku utama serangan tersebut :
1. Bagaimana sebenarnya Pengamanan Negara Amerika Serikat saat itu.
Semua orang tahu bahwa Amerika saat ini adalah Negara Super Power yang tiada duanya dan menganggap dirinya sebagai Polisi Dunia. Dengan segala keunggulan teknologinya baik teknologi militer maupun teknologi informasi seakan Amerika tidak bisa dijamah oleh siapa-pun bahkan Negara manapun. Pentagon sendiri yang merupakan korban terakhir dari serangan tersebut adalah pusat pengendalian pertahanan dan keamanan Amerika Serikat yang pengawas annya ekstra ketat, lebih-lebih wilayah udaranya, dengan teknologi mutakhir yang dimiliki dapat memberikan peringatan dini bila akan terjadi serangan atau penyusupan, ditambah lagi dengan Basis Pertahanan Laut yang menggunakan sinar Laser, seakan tak sebatang jarumpun bisa diselundupkan/lolos ke Gedung Pentagon.

Dalam hal penerbangan, Amerika Serikat memberlakukan aturan yang sangat ketat, untuk panumpang dan barang bawaan pengawasan dan pemeriksaan selain dilakukan oleh petugas, juga menggunakan alat diteksi yang serba modern, pengawasan ini menjadi lebih ekstra ketat kalau calon penumpang tersebut berwajah Arab ( Timur Tengah ).
Untuk rute penerbangan, setiap pesawat sipil yang mengadakan perjalanan apapun, memiliki rute penerbangan dan ketinggian tertentu yang tidak bisa dilanggarnya, dan bila terjadi pelang garan/penyimpangan rute maupun ketinggian, maka pilot akan segera mendapat peringatan, dan bila peringatan tidak diindahkan tindakan keras dengan menembak jatuh pesawatpun dapat dilakukan, khususnya di wilayah Boston, New York dan Washington di kawasan pantai Timur Amerika Serikat, yang pengawasannya paling ketat diseluruh Dunia.
Kawasan ini sejak lama memang dipersiapkan untuk menghadapi serangan nuklir Uni Sovyet, khususnya yang diarahkan kepada dua kota paling penting yaitu New York dan Washington.

Korban Black September
Serangan 11 September (disebut September 11, September 11th atau 9/11), adalah serangkaian empat serangan bunuh diri yang telah diatur terhadap beberapa target di New York City dan Washington, D.C. pada 11 September 2001. Pada pagi itu, 19 pembajak dari kelompok militan Isla, al-Qaeda, membajak empat pesawat jet penumpang. Para pembajak sengaja menabrakkan dua pesawat ke Menara Kembar World Trade Center di New York City; kedua menara runtuh dalam kurun waktu dua jam. Pembajak juga menabrakkan pesawat ketiga ke Pentagon di Arlington, Virginia. Ketika penumpang berusaha mengambil alih pesawat keempat, United Airlines Penerbangan 93, pesawat ini jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania dan gagal mencapai target aslinya di Washington, D.C. Menurut laporan tim investigasi 911, sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan ini. 

7 Fakta Black September

1. Hanya 20 Orang Selamat dari Tragedi 9/11
Menurut hasil penelitian terhadap para korban selamat tragedi 9/11, hanya ada 20 orang yang berhasil ditarik dari reruntuhan bangunan dalam keadaan selamat. Di antara korban selamat, terdapat dua anggota kepolisian wilayah setempat, Port Authority, yakni John McLoughllin dan William Jimeno. Keduanya berhasil diselamatkan setelah terjebak dalam reruntuhan bangunan masing-masing selama 13 jam dan 21 jam. Kisah keduanya kemudian difilmkan oleh sutradara Oliver Stone dalam film berjudul ‘World Trade Center’ yang dirilis tahun 2006.
Kisah selamat lainnya berasal dari seorang insinyur bangunan bernama Pasquale Buzzelli dan sekretarisnya, Genelle Guzman. Keduanya yang berkantor di lantai 64 Menara Utara WTC, terjebak dalam reruntuhan selama berjam-jam. Buzzelli mengalami patah kaki dan gegar otak ini sempat pingsan selama 3 jam sebelum akhirnya diselamatkan petugas penyelamat. Sedangkan Guzman baru berhasil diselamatkan setelah terjebak di bawah reruntuhan selama lebih dari 27 jam.
2. Korban Tewas Berasal dari 80 Negara
Total korban tewas dalam tragedi 9/11 ini nyaris mencapai 3.000 orang. Korban tewas tersebut tidak hanya berasal dari Amerika Serikat saja, namun juga negara lain. Korban tewas berasal dari lebih 80 negara, antara lain Jepang, Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Swiss, India, Meksiko, Brasil, Afrika Selatan, Kanada, termasuk Indonesia. Namun warga asing yang paling banyak menjadi korban berasal dari Inggris, di mana dari total 372 warga asing yang tewas, sekitar 67 orang di antaranya berkewarganegaraan Inggris.
3. Kebakaran Baru Bisa Dipadamkan 99 Hari Kemudian
Dua pesawat yang menabrakkan diri ke Menara Kembar WTC memicu kebakaran hebat pada kedua gedung yang pernah tercatat sebagai gedung tertinggi di dunia ini. Bahkan kebakaran ini baru bisa benar-benar dipadamkan sekitar 99 hari setelah kejadian. Selama itu, petugas pemadam terus berusaha memadamkan bara api yang tersembunyi di balik reruntuhan gedung bertingkat tersebut.
Api kebakaran pertama muncul setelah pesawat pertama menabrak Menara Utara WTC pada pukul 08.46 waktu setempat, 11 September 2001 silam. Petugas pemadam menyatakan api benar-benar padam pada 19 Desember 2001.
4. Bukan Kebakaran Penyebab Utama Menara Kembar Rubuh
Awalnya muncul klaim bahwa penyebab rubuhnya menara kembar WTC adalah karena kebakaran yang melanda kedua gedung tersebut. Klaim tersebut dinyatakan tidak benar, karena api yang membakar gedung WTC tidak mampu melelehkan baja yang menjadi kerangka gedung tersebut.
Rubuhnya menara kembar tersebut sebenarnya dilakukan dengan sengaja, yakni dengan menggunakan peledak yang disetting dengan timer. Peledakan menara kembar dilakukan secara vertikal oleh petugas pemadam agar tidak berdampak pada gedung-gedung pencakar langit yang ada di sekelilingnya.
5. Bukan 2, Melainkan 3 Menara WTC yang Rubuh dalam Tragedi 9/11
Selama ini diketahui bahwa Menara Kembar WTC rubuh total dalam tragedis 9/11 ini. Namun ternyata ada satu gedung lagi yang ikut rubuh pada sore hari setelah kejadian. Menara WTC 7 yang memiliki 47 lantai dan tercatat sebagai salah satu bangunan terbesar di kawasan Manhattan, rubuh akibat serangan teroris tersebut.
Namun rubuhnya menara ini tidak begitu terekspos oleh media massa karena gedung ini bukan rubuh karena ditabrak pesawat. Diyakini bahwa menara WTC 7 rubuh karena dipicu ‘kerusakan rembetan’ dari rubuhnya Menara Kembar WTC.
“Kehancuran total bangunan pencakar langit ketiga terjadi pada 11 September 2001 sore hari, seolah-oleh dianggap bukan sebagai peristiwa penting… sebagian besar orang memang tidak pernah melihat rubuhnya menara WTC 7 ini.. Sangat mustahil untuk menemuki bukti virtual yang menunjukkan atau menyebutkan rubuhnya menara WTC 7 dalam surat kabar, majalah ataupun laporan televisi setelah 11 September,” demikian laporan Komisi 9/11.
6. Besi & Baja Sisa Rongsokan Gedung WTC Dijual
Tidak hanya memakan banyak korban tewas, tragedi 9/11 ini juga menyisakan sekitar 185.101 ton besi rongsokan bekas Menara Kembar WTC yang rubuh. Ke mana perginya besi-besi ini? Ternyata didaur ulang tanpa dilakukan pemeriksaan untuk mencari alat bukti. Besi-besi ini dilelehkan kemudian dikirimkan ke China dan India menggunakan kapal. Sebuah perusahaan China, Baosteel memberi 50 ton besi sisa gedung WTC ini seharga US$ 120 per ton. Sedangkan sisanya dilaporkan digunakan untuk melengkapi sejumlah monumen 9/11 di 50 negara bagian AS.
Tindakan pemerintah setempat ini sempat menuai kemarahan warga dan dinilai sebagai bentuk kejahatan federal. Menanggapi hal ini, Walikota New York City Michael Bloomberg memiliki pendapat sendiri.
“Jika Anda ingin melihat lagi metode dan desain bangunan tersebut, pada zaman ini bisa dilakukan dengan komputer. Dengan melihat dan mengamati potongan-potongan besi saja tidak bisa memberitahu Anda apapun,” tutur Bloomberg.
7. Satu Perusahaan Besar Kehilangan 2/3 Karyawannya
Menara Kembar WTC merupakan pusat perkantoran dan bisnis yang ramai di kawasan Manhattan, New York, AS. Sebagian besar korban tewas dalam insiden ini merupakan orang-orang yang berkantor di gedung WTC tersebut. Salah satunya sebuah perusahaan jasa keuangan holobal bernama Cantor Fitzgerald.
Kantor pusat perusahaan ini terletak di lantai 101 hingga 105 pada salah satu menara WTC. Tragis, tragedi 9/11 ini menewaskan 658 karyawan Cantor Fitzgerald, dari total 960 karyawan yang mereka miliki.
Hal ini sempat memberi dampak buruk pada dunia bisnis di New York. Namun untungnya, mereka berhasil bangkit setelah 10 tahun kemudian.
“Kita bisa saja menutup perusahaan ini dan menghadiri pemakaman rekan-rekan kita, atau kita bisa bekerja lebih keras dari sebelumnya untuk membantu keluarga-keluarga mereka,” ujar CEO Cantor Fitzgeald, Howard Lutnick, saat itu menyemangati para anak buahnya.
Setelah 10 tahun, Cantor Fitzgerald akhirnya mampu menyalurkan dana sebesar USD 180 juta untuk keluarga korban demi memenuhi janji atas biaya layanan kesehatan para karyawannya yang menjadi korban tragedi 9/11.
 

1 komentar: